Bismillah.
Alhamdulillah.
Assalamu'alaikum,
MEMBERI NAFKAH KEPADA ANAK-ISTERI
Sebagian dari suami ketika memberikan nafkah kepada anak dan isterinya, ia mungkin merasa bukan sedang melakukan amal ibadah kepada Allah. Padahal memberikan nafkah kepada anak dan isteri adalah salah satu amal ibadah yang agung. Merupakan amal ibadah yang wajib bagi seorang suami sekaligus ayah. Amal ibadah yang wajib jauh lebih besar pahalanya daripada amal ibadah sunah.
Perhatikan nasihat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berikut ini,
بعض الناس ينفق على أهله ، ولكنه لا يشعر بأنه يتقرب إلى الله بهذا الإنفاق و لو جاءه مسكين و أعطاه ريالا واحدا يشعر بأنه متقرب إلى الله بهذه الصدقة و لكن الصدقة الواجبة على الأهل أفضل و أكثر أجرا
“Sebagian manusia ketika memberikan nafkah kepada keluarganya, ia tidak merasa bahwa ia sedang beribadah kepada Allah dengan nafkah itu. Ketika datang seorang yang miskin lalu ia memberikan satu rial, maka ia merasa sedang beribadah kepada Allah.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 4: 389)
Hukum wajib
Kita perlu benar-benar memperhatikan nasihat ini. Yang perlu kita ketahui bahwa memberi nafkah kepada anak dan isteri itu hukumnya wajib. Apabila seorang ayah menyia-nyiakan hal ini, maka ia berdosa.
Allah Ta’ala berfirman,
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.” (QS. Al-Baqarah [2]: 233)
Rezeki yang makruf
Apa maksud rezeki yang Makruf?
Maksudnya rezeki itu mesti:
a) Halal
Iaitu sumber rezeki mesti sah di sisi syarak (bukan rasuah, judi, riba, dll). Jika sumbernya haram, ia bukan rezeki yang makruf dan tiada pahala yang dapat
Manakala makanan, pakaian, dan keperluan keluarga diberi dari usaha yang diberkati
b) Cukup dan sepadan
Iaitu tidak berlebih-lebihan atau bakhil. Ianya mengikut kemampuan suami (tidak memaksa lebih dari rezeki yang ada)
c) Menggembirakan, bukan menyusahkan
Maksudnya, suami memberi nafkah dengan hati terbuka dan penuh tanggungjawab , bukanlah sehingga menyusahkan dengan nafkah yang berlebih-lebihan.
Dan tidak berkira atau memalukan isteri dan anak-anak, seperti memberi sesuatu yang tak sepatutnya diberi.
Lebih berbahagia
Sepatutnya kita lebih berbahagia dan lebih berharap pahala ketika memberi nafkah kepada anak dan isteri, kerana ini adalah ibadah wajib. Secara umum, ibadah wajib lebih Allah cintai dan lebih banyak pahalanya daripada ibadah sunah.
Perhatikanlah hadits berikut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهُِ
“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengobarkan peperangan dengannya. Dan tidaklah ada seorang hamba-Ku yang mendekatkan dirinya kepada-Ku, dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan kepadanya’.” (HR. Bukhari no. 6502)
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata ketika menjelaskan hadits ini,
فكانت الفرائض أكمل فلهذا كانت أحب إلى الله تعالى وأشد تقريبا
“Amalan-amalan yang wajib itu lebih sempurna. Oleh kerana itu, lebih dicintai oleh Allah dan lebih mendekatkan diri (taqarrub).” (Fathul Baari, 11: 343, Darul Ma’rifah)
Ironisnya...
Sungguh ironis apabila ada seorang ayah kedekut kepada anak-isteri dan keluarga, sedangkan ia sangat baik kepada teman-temannya seperti sering membelanja teman-temannya. Oleh kerana itu, salah satu cara mengetahui akhlak yang sebenarnya pada seseorang adalah bagaimana sikap dia ketika bermuamalah dengan keluarganya.
Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa yang paling baik adalah mereka yang paling baik kepada keluarganya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (HR. Tirmidzi)
Semoga bermanfaat dan sampaikan kepada orang lain
Dari tulisan : Raehanul Bahraen
(Dengan adaptasi)
Klang.
31/5/25
Ulasan
Catat Ulasan